2 Penelitian menunjukkan bahwa seringkali struktur otak orang tua dan saudara kandung anak autistik menunjukkan persamaan dengan anaknya yang autistik, namun mereka samasekali tidak menunjukkan gejala apapun. Mengapa bisa demikian ?
Keluarga (orang tua dan saudara kandung) anak autistik banyak yang mempunyai struktur anatomi otak yang sama dengan anaknya yang autistik, namun mereka tidak menunjukkan gejala apapun. Hal ini dibahas pada pertemuan tahunan Society for Neuroscience di Washington pada tanggal 13 November 2005.
Dua penelitian dengan scan otak menunjukkan persamaan yang mencolok antara struktur otak anak dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) dengan orang tua dan saudara kandungnya. Hasil penelitian ini menimbulkan tanda tanya para peneliti mengapa beberapa orang tersebut samasekali tidak menunjukkan gejala autisme, sedangkan pada orang lain timbul gejala yang demikian berat.
Penelitian pertama dilakukan oleh Eric Peterson dkk dari University of Colorado di Boulder. Mereka melakukan scanning pada otak 40 orang tua anak autistik. Kemudian dibandingkan dengan scan dari kontrol (pembanding: orang yang tak mempunyai hubungan dengan anak autistik). Hasilnya sama dengan penelitian yang pernah dilakukan, yang membandingkan otak dari individu autistik dan non-autistik. Misalnya beberapa daerah otak yang disebut korteks prefrontal lebih kecil pada orang tua anak autistik. Daerah otak ini berguna untuk mengerti motivasi orang lain. Pada anak autistik hal ini sangat terganggu sehingga menimbulkan kesulitan dalam interaksi sosial.
Penelitian kedua dilakukan oleh Brendon Macewicz dkk dari University of North Carolina, Chapel Hill. Ia memberikan digital camera pada 9 keluarga yang mempunyai anak autistik dan saudara yang non-autistik. Ia menyuruh anak-anak itu untuk mengambil gambar dari teman-teman dan keluarganya. Macewicz kemudian mencampurkan gambar2 tersebut dengan gambar orang asing. Ia memperhatikan mata anak-anak tersebut ketika ia bertanya pada mereka apakah mereka mengenali orang dalam gambar tersebut. Kebanyakan orang akan menatap mata pada saat diminta untuk menyelesaikan tugas tersebut. Namun anak autistik akan menghindari tatap mata dan bahkan melihat pada bagian lain dari muka. Macewicz melihat bahwa saudara2nya yang non-autistik melakukan hal yang sama. Hal tsb. memicu rasa ingin tahunya. Kemudian dilakukan MRI pada saudara2 tersebut, yang terutama difokuskan pada bagian otak yang disebut amygdala. Daerah ini berhubungan dengan rasa takut, dan pada anak autistik seringkali lebih kecil ukurannya. ternyata hasil MRI menunjukkan bahwa amygdalanya sama kecilnya dengan adiknya yang autistik, yaitu sekitar 5-10% lebih kecil.
Hasil ini sangat mencemngangkan para peneliti oleh karena saudara2 ini tidak menunjukkan gejala autistik. Macewicz memperkirakan bahwa daerah otak yang lain, misalnya yang disebut lobus frontalis, membantu kerja amygdala untuk mengkompensasikan ukurannya yang kecil.
Peterson memperkirakan, bahwa mungkin otak harus mempunyai beberapa kelainan sekaligus untuk bisa memunculkan gejala autisme. Para orang tua anak autistik diatas, tidak mempunyai semua kelainan tersebut.
Penelitian anatomi otak seperti ini adalah penelitian pertama yang pernah dilakukan, demikian kata Peterson.
Sumber : Yayasan Autisma Indonesia (YAI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar